Akhir-akhir ini Jogja ramai dengan gerakan warga berdaya yang menolak adanya pembangunan mall, hotel, dan apartemen. Berbagai tagar #JogjaAsat, #SlemanAmbyar, dan #JogjaOraDidol dapat dengan mudah ditemui di media sosial. Gerakan perlawanan semacam ini menjadi topik hangat di kalangan masyarakat perkotaan Jogja, entah sampai kapan. Sementara itu di pinggiran perkotaan Jogja banyak desa-desa yang tengah berjuang untuk membangun potensi lokal mereka. Pembangunan desa diperlukan untuk meningkatkan kompetensi desa agar mampu bersaing di tengah semakin berkembangnya perkotaan Jogja.
Desa membutuhkan agen pelaksana pembangunan, salah satu yang potensial adalah kaum muda. Sayangnya kaum muda di desa masih apatis untuk mau membangun desanya. Padahal dengan jaringan sosial dan komunikasi yang mereka miliki, serta kearifan lokal yang dimiliki desa dapat menjadi potensi besar untuk mengembangan desa. Maka perlu adanya diskusi-diskusi yang mampu mendorong kesadaran kaum muda desa untuk dapat membangun desa masing-masing.
Padepokan ASA @Wedomartani berkolaborasi dengan Pusat Studi Jawa mengadakan acara bertemakan “Kaum Muda Mbangun Desa”, Rabu 14 Oktober 2015 di Padepokan ASA @Wedomartani (Dusun Gedongan Lor, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman). Acara ini akan menghadirkan pemantik diskusi dari berbagai sumber, diantaranya Karang Taruna DIY, Pusat Studi Jawa, dan Pemerhati Kaum Muda Jogja. Mari datang dan berbagi pengalaman untuk mengembangkan potensi lokal demi kemandirian desa. ***
What others say about “Kaum Muda Mbangun Desa (Menelisik Potensi Kaum Muda Desa Melalui Jejaring Komunikasi dan Kearifan Lokal)” ? (0 Comments)