Hari ini kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional, hari yang selalu dikait-kaitkan dengan sejarah pergerakan nasional bangsa ini. Motor utamanya adalah organisasi Boedi Oetomo. Ia dinisbatkan sebagai organisasi modern pertama di bangsa ini, yang kemudian turut berkontribusi dalam mendorong munculnya organisasi-organisasi modern lainnya.
Di samping itu, Boedi Oetomo juga menyerukan sebuah persatuan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena hanya dengan bersatulah keberhasilan perjuangan akan semakin dekat digapai. Apalagi pada waktu itu, penjajah selalu menggunakan siasat adu domba untuk menjinakkan perjuangan-perjuangan bangsa Indonesia, dan siasat itu pun cenderung sangat berhasil. Oleh sebab itu, hadirnya organisasi modern dengan semangat persatuan demi cita-cita yang revolusioner, yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia, memang merupakan sebuah kebangkitan yang sebangkit-bangkitnya.
Fakta-fakta sejarah tersebut sudah semestinya menjadi momen inspirasi di Hari Kebangkitan Nasional ini. Sehingga kita benar-benar bisa memaknai dan mengimplementasikan esensi dari kebangkitan nasional itu sendiri, tidak hanya sekedar formalitas merayakannya saja. Karena kalau direfleksikan, setidaknya ada dua poin penting yang begitu inspiratif: pikiran revolusioner dan tindakan revolusioner.
Pertama, pikiran revolusioner. Pikiran ini termanifestasikan pada ungkapan sang tokoh utama, dr. Wahidin Soedirohoesodo, “Bangsa ini tetap tidur dalam impian kacau tapi indah. Seorang dokter tak bisa hanya menyembuhkan luka pada badan seorang pasien, tapi juga harus menyembuhkan luka sebuah bangsa yang sedang sakit”. Betapa revolusioner pemikirannya sebagai seorang dokter. Ia mampu berpikir out of the box, memahami realita sosial, dan menganalogikan keilmuannya dengan persoalan yang lebih besar. Tidak hanya berpikir linier semata.
Apa yang dipikirkan dr. Wahidin Soedirohoesodo merupakan inspirasi besar bagi kita saat ini. Bagaimana kita perlu membiasakan diri berani berpikir tidak linier. Hal itu semata didorong oleh keinginan luhur nan besar, yaitu untuk perbaikan nasib bangsa semata. Tidak hanya memikirkan nasib diri sendiri, tapi juga mau memikirkan nasib banyak orang. Dan mau berpikir keras untuk merefleksikan keadaan yang sedang terjadi, sehingga kemudian memunculkan pikiran yang revolusioner sebagai tawaran solusi untuk diperjuangkan lebih lanjut, yaitu tindakan yang revolusioner.
Kedua, tindakan revolusioner. Hal ini dapat dilihat dari keteguhan dan kesolidan para perintis Boedi Oetomo, yang kala itu mereka mendapat perlawan dari pihak Stovia tempat mereka bersekolah. Mereka dituduh akan membangkang terhadap pemerintah. Hingga beberapa dari mereka, utamanta Soetomo, terancam akan dikeluarkan dari sekolah. Namun berkat aksi solidaritas teman-temannya dan kebijaksanaa salah seorang guru akhirnya ia pun dibebaskan.
Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa pikiran revolusioner juga membutuhkan tindakan revolusioner. Banyak hal yang perlu diujikan, diperjuangkan, dan dikorbankan. Karena seringkali kita harus melawan arus mainstream yang ada, dan disitulah tindakan kita diuji. Apakah kita benar-benar mau dan bisa mewujudkan pikiran revolusioner kita? Atau apakah pikiran-pikiran itu hanya akan menjadi dongengan yang tak berjejak. Maka berbahagialah ia yang selalu mau dan bisa. Setidaknya kalaupun tidak terwujud, ia tidak benar-benar gagal, ia tetap memberikan pelajaran-pelajaran berharga bagi tindakan revolusioner selanjutnya.
Oleh sebab itu, sejatinya kebangkitan memanglah sebuah proses, ia bukanlah hasil. Maka hingga hari ini, walaupun sudah merdeka, sejatinya kita tetap harus berusaha bangkit, tetap harus melakukan pergerakan. Sehingga inpirasi pikiran revolusioner dan tindakan revolusioner tersebut pun haruslah tetap abadi, terpatri, dan teraktualisasi pada generasi-generasi hari ini. Kita pasti bisa!
What others say about “Inspirasi Boedi Oetomo: Suluh Pergerakan Generasi Hari Ini” ? (0 Comments)